Kemiskinan sesungguhnya telah menjadi masalah dunia sejak berabad – abad lalu, namun realitanya hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat didunia ini. Teknologi boleh semakin maju, negara –negara merdeka semakin banyak dan negara-negara kaya boleh saja semakin bertambah kaya, tetapi jumlah orang miskin didunia masih cukup besar jumlahnya. Kemiskinan bahkan telah bertransformasi menjadi teror yang menghantui dunia.
Di Indonesia kemiskinan tetap saja menjadi fokus isu yang belum terselesaikan. Meskipun Pemerintah Indonesia juga sudah banyak melakukan program-program untuk mengurangi jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia, misalnya Jatah beras untuk orang miskin yang setiap bulan orang yang sudah dikategorikan miskin dapat membeli jatah beras (RASKIN)sebanyak 10 Kg/bulan dengan harga antara Rp. 1.650,- sampai dengan Rp.2.000,-, ada juga program Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan banyak program yang lainnya, akan tetapi kemiskinan tetap saja tak kunjung berkurang. Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang perlu diatasi dengan melibatkan peran serta banyak pihak.
Di Indonesia cukup banyak sekali orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, misalnya saja Titus Ardi Dwi Viansyah anak si Tukang pemungut sampah yang nasibnya sangat malang sekali, dia hidup dikeluarga yang tidak mampu, yang tinggal didaerah pesisir pantai selatan tepatnya di Desa Tempursari Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang. Anak yang masih berusia 10 Tahun ini sering sekali harus bekerja menggantikan ayahnya untuk mengambil sampah-sampah karena ayahnya ada pekerjaan yang lain, kalau tidak begitu bagaimana degan kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari? Dan bagaimana dengan biaya sekolah Titus? Titus juga masih duduk dibangku sekolah kelas 3 di Sekolah Dasar Negeri Tempursari 01, meskipun dia sudah mendapat bea siswa akan tetapi kebutuhan sekolah dan uang saku untuk sekolah juga diperlukan. Kakak Titus pun Si Jaya sudah tidak sekolah lagi, akankah Titus mampu bertahan dan berjuang hingga lulus SD dan melanjutkan ke Tingkat selanjutnya? Padahal anak seumuran Titus harusnya tetap menikmati bangku sekolah dan juga asyik bermain bersama teman-temannya. Akan tetapi apa boleh buat Dia harus berjuang untuk semuanya itu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Ayo Titus berjuanglah....! Kamu pasti bisa.